
JAKARTA – Tak banyak yang tahu, kalau Pekerja Migran Indonesia (PMI) ternyata mampu mendatangkan devisa hingga Rp 159.6 triliun per tahun.
Data tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) Bennyy Rhamdani, pada pelepasan 302 PMI program GtoG Korea Selatan, di Hotel El Royal Kepala Gading, Senin (09/01/2023).
Tak heran, karena besarnya devisa dari PMI tersebut, BP2MI merasa pantas untuk memberikan kemudahan dalam hal biaya kepada PMI.
Apalagi saat ini, lanjut dia, kebutuhan PMI di luar negeri terus bertambah.
Sebut saja di tahun 2022, meskipun masih banyak negara yang belum menerima PMI oleh karena pembatasan akibat Covid-19, namun capaian BP2MI telah melampaui target.
“Sampai 31 Desember 2022, jumlah PMI yang ditempatkan ke luar mencapai 276.000 orang. Ini melampaui target tahun 2022 sebanyak 150 ribu,” ungkap Brani, sapaan akrabnya.
Jumlah itupun, lanjut dia, baru ditempatkan di 77 negara, karena sebagian negara masih belum menerima PMI akibat adanya pembatasan.
Kembali ke kemudahan biaya kepada PMI, Brani mencoba menggugah para pejabat yang hadir. Dengan mengilustrasikan bahwa seorang PMI rata-rata mengeluarkan Rp 30 juta. Itu sudah termasuk biaya pembekalan, tiket pesawat, visa dan lain-lain.
Jika saja biaya tersebut dicover oleh negara, maka total anggarannya sekitar Rp 8,2 triliun dalam satu tahun.
“Biayanya Rp 8,2 trilun. Tapi PMI mengembalikan Rp 159,6 triliun (dalam bentuk devisa) setiap setahun,” kata Brani membuat perbandingan.
Dengan kemudahan dalam bentuk biaya, bahkan kalau bisa sampai digratiskan, secara otomatis akan menghilangkan para sindikat PMI atau praktik-praktik illegal seperti ijon-rente, yang dilakukan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.
BP2MI sendiri, lanjut Brani, selalu berupaya untuk menyelamatkan para calon PMI yang menjadi korban sindikat tak bertanngung jawab tersebut.
Tercatat, sejak memimpin BP2MI tahun 2020 sampai sekarang, pihaknya telah menyelamatkan sedikitnya 8.600 PMI yang nyaris jadi korban sindikat.
Pada bagian lain dalam sambutannya, Brani menceritakan pertemuan dia dengan Presiden Jokowi. Di mana Presiden sempat menyebut bahwa PMI adalah “Pahlawan Devisa”. Sekaligus menginstruksikan kepada BP2MI untuk selalu melindungi PMI dari ujung rambut sampai ujung kaki.
“Dan ini pesan Bapak Presiden ini telah menjadi inspirasi kami untuk membuat lagu Mars PMI,” akunya.

Ditambahkannya, dalam upaya untuk memberikan kemudahan kepada PMI, BP2MI juga sudah melakukan berbagai terobosan. Di antaranya membangun lounge khusus untuk PMI di sejumlah bandara besar di tanah air.
Kalau dulu Lounge khusus untuk PMI hanya ada di Bandara Soekarno-Hatta, kini sudah bisa ditemukan di bandara-bandara lainnnya. Seperti di Semarng, Surabaya, Denpasar dan Mataram.
“Selain Lounge, di bandara-bandara ini juga ada jalur khusus PMI saat naik ke pesawat. Yang tak dicampur dengan penumpang lainnya,” kata dia lagi.
Saat ini, BP2MI juga sedang menyediakan program rumah murah bagi PMI. Dalam arti, ketika PMI ingin memiliki rumah di tanah air, mereka bisa mencicilnya setiap bulan. Namun program ini bukan paksaan, hanya disediakan bagi mereka yang menginginkan.(sub)